Indonesia adalah negara yang memiliki latar belakang yang sangat
variatif. Mulai dari bahasa, budaya, adat, dan lain sebagainya semua
terhimpun dalam satu ikatan bangsa. Tak dapat dipungkiri lagi,
masyarakat Indonesia mempunyai banyak aspek perbedaan dalam tubuh
masyarakat tersebut. Dengan latar belakang yang amat unik itu tentu
muncul sebuah pertanyaan bagaimana bisa beraneka etnik bisa bersatu
menjadi sebuah negara.
Satu hal yang paling pokok terhadap pertanyaan tersebut adalah karena
Indonesia terbentuk sebagai bangsa terlebih dahulu sebelum menjadi
negara. Jauh-jauh hari sebelum dibacakannya proklamasi kemerdekaan
kaum pribumi sudah bersatu padu dari Sabang sampai Merauke. Hal ini
dicerminkan melalui semangat anak-anak muda kala itu saat mengadakan
sebuah kongres akbar yang diikuti perwakilan dari setiap daerah.
Monentum inilah yang pada akhirnya menelurkan Sumpah Pemuda. Dalam
ikrarnya, kesatuan bangsa sudah dijunjung tinggi melalui keseriusan
untuk bertumpah darah satu, yaitu tanah air Indonesia.
Dari situlah segala macam embel-embel daerah beserta
kebudayaannya ditanggalkan. Hingga akhirnya, sampai saat ini
peninggalan untuk berbahasa satu tetap menjadi pemersatu. Bagaimana
jadinya jika setiap daerah tak mau mengalah? Boleh jadi dalam sebuah
papan jalan akan terdapat lebih dari lima puluh bahasa.
Negara Indonesia terbentuk karena adanya kesamaan pengalaman sejarah.
Ketertindasanlah yang menjadi latar belakang bersatunya negeri ini.
Tentu saja, menyatukan puluhan etnik yang berbeda menjadi satu negara
kesatuan bukanlah perkara yang ringan. Inilah yang menjadikan
Indonesia berbeda dari bangsa Korea, Perancis, atau Polandia.
Persatuan beragam etnis ini memang tidak sesederhana yang terlihat.
Oleh karenanya, sejak pertama kali berdirinya NKRI Sukarno terus
menekankan mengenai nation building.
Persatuan dan kesatuan Indonesia bukanlah suatu hal yang seinstan
membuat mie rebus. Nation
building ini merupakan proses
terus menerus dalam upaya kesatuan ini. Karena, semangat kesatuan
dapat sewaktu-waktu menguap apabila masyarakat mulai amnesia dengan
hakikat terbentuknya Indonesia. Dengan kata lain, benarlah
proklamator bangsa berwasiat untuk tidak sekali-kali melupakan
sejarah.
Namun, pada kenyataan saat ini sepertinya pemahaman mengenai hakikat
berdirinya Indonesia mulai tak bernilai di benak masyarakat. Arus
perkembangan yang tak henti-henti kian menipiskan semangat persatuan.
Masyarakat seakan-akan semakin individualis dengan segala kesibukan
era globalisasi dan era teknologi komunikasi yang semakin
menghipnotis setiap elemen. Apabila hal ini tak pernah disadari dan
tak pernah ditanggulangi maka cita-cita pendahulu bangsa akan sulit
untuk diraih. Masyarakat yang kaya akan latar belakang budaya yang
berbeda ini hanya akan menjadi seperti buih di lautan, banyak tetapi
terombang-ambing tanpa persatuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar