Senin, 15 Juni 2015

Antara Sejarah dan Masa Depan Masyarakat Multikultural Indonesia


Indonesia adalah negara yang memiliki latar belakang yang sangat variatif. Mulai dari bahasa, budaya, adat, dan lain sebagainya semua terhimpun dalam satu ikatan bangsa. Tak dapat dipungkiri lagi, masyarakat Indonesia mempunyai banyak aspek perbedaan dalam tubuh masyarakat tersebut. Dengan latar belakang yang amat unik itu tentu muncul sebuah pertanyaan bagaimana bisa beraneka etnik bisa bersatu menjadi sebuah negara.

Satu hal yang paling pokok terhadap pertanyaan tersebut adalah karena Indonesia terbentuk sebagai bangsa terlebih dahulu sebelum menjadi negara. Jauh-jauh hari sebelum dibacakannya proklamasi kemerdekaan kaum pribumi sudah bersatu padu dari Sabang sampai Merauke. Hal ini dicerminkan melalui semangat anak-anak muda kala itu saat mengadakan sebuah kongres akbar yang diikuti perwakilan dari setiap daerah. Monentum inilah yang pada akhirnya menelurkan Sumpah Pemuda. Dalam ikrarnya, kesatuan bangsa sudah dijunjung tinggi melalui keseriusan untuk bertumpah darah satu, yaitu tanah air Indonesia.

Dari situlah segala macam embel-embel daerah beserta kebudayaannya ditanggalkan. Hingga akhirnya, sampai saat ini peninggalan untuk berbahasa satu tetap menjadi pemersatu. Bagaimana jadinya jika setiap daerah tak mau mengalah? Boleh jadi dalam sebuah papan jalan akan terdapat lebih dari lima puluh bahasa.

Negara Indonesia terbentuk karena adanya kesamaan pengalaman sejarah. Ketertindasanlah yang menjadi latar belakang bersatunya negeri ini. Tentu saja, menyatukan puluhan etnik yang berbeda menjadi satu negara kesatuan bukanlah perkara yang ringan. Inilah yang menjadikan Indonesia berbeda dari bangsa Korea, Perancis, atau Polandia.

Persatuan beragam etnis ini memang tidak sesederhana yang terlihat. Oleh karenanya, sejak pertama kali berdirinya NKRI Sukarno terus menekankan mengenai nation building. Persatuan dan kesatuan Indonesia bukanlah suatu hal yang seinstan membuat mie rebus. Nation building ini merupakan proses terus menerus dalam upaya kesatuan ini. Karena, semangat kesatuan dapat sewaktu-waktu menguap apabila masyarakat mulai amnesia dengan hakikat terbentuknya Indonesia. Dengan kata lain, benarlah proklamator bangsa berwasiat untuk tidak sekali-kali melupakan sejarah.


 Namun, pada kenyataan saat ini sepertinya pemahaman mengenai hakikat berdirinya Indonesia mulai tak bernilai di benak masyarakat. Arus perkembangan yang tak henti-henti kian menipiskan semangat persatuan. Masyarakat seakan-akan semakin individualis dengan segala kesibukan era globalisasi dan era teknologi komunikasi yang semakin menghipnotis setiap elemen. Apabila hal ini tak pernah disadari dan tak pernah ditanggulangi maka cita-cita pendahulu bangsa akan sulit untuk diraih. Masyarakat yang kaya akan latar belakang budaya yang berbeda ini hanya akan menjadi seperti buih di lautan, banyak tetapi terombang-ambing tanpa persatuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar